Batam Kota (BP) – Museum Batam Raja Ali Haji menghadirkan antropolog asal Singapura, Dr. Vivienne Wee, untuk memaparkan deskripsi dan cerita di balik sejumlah koleksi museum, Selasa (12/8). Kegiatan ini merupakan bagian dari pendokumentasian 20 koleksi yang melibatkan para ahli di bidangnya.
Dalam paparannya, Dr. Vivienne menjelaskan sejarah dan makna beberapa koleksi, seperti erhu, yoyo, ketapel (lastik), dan telepon kaleng. Ia menyebut erhu sebagai bukti migrasi masyarakat Tiongkok ke Nusantara, khususnya Kepulauan Riau.
“Setiap benda menyimpan cerita perjalanan budaya dan sejarah yang panjang. Koleksi ini merekam interaksi lintas etnis di wilayah ini,” ujarnya.
Dr. Vivienne juga menuturkan, yoyo merupakan permainan tradisional yang berkembang di berbagai negara, ketapel adalah senjata sederhana yang mematikan, sedangkan telepon kaleng digunakan sebagai alat komunikasi anak-anak sejak abad ke-17.
“Benda-benda ini bukan sekadar artefak, tetapi penghubung masa lalu dengan generasi sekarang,” tambahnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata, menyambut hangat kehadiran Dr. Vivienne.
“Kami senang dapat menghadirkan peneliti internasional untuk memberi penjelasan ilmiah terhadap koleksi Museum Batam. Kehadiran beliau memperkaya narasi sejarah setiap koleksi,” ujarnya.
Selain Dr. Vivienne, acara ini juga dihadiri praktisi budaya Melayu asal Kepulauan Riau, Muhammad Zen, yang memaparkan adat pernikahan tradisional khas Melayu. Museum juga bekerja sama dengan komunitas kreatif Kuma untuk merekam seluruh materi.
Kegiatan hari pertama berfokus pada empat koleksi, dan akan berlanjut hingga tiga hari ke depan untuk mendokumentasikan 16 koleksi lainnya, termasuk rebab, kompang, Surat Keputusan Penetapan Kota Batam, dan lain-lain.